Foto: freepik

Malas Baca, Tapi Fafifu di Social Media

Banyak bukti yang ungkapin kalo netizen Indonesia tuh fafifu alias cerewet banget di media sosial. Padahal nih yee… sorry yee sorry yee… kalo dibandingin sama tingkat literasinya, netizen Indonesia kayaknya malas baca banget deh, liat aja di kolom komentar public figure kalo beda pendapat sedikit, bukannya debat dan proving pake data atau bahkan teori misalnya, eh malah cuma saling hujat dan julid.

Fakta bahwa negara Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019.

UNESCO juga nyebutin kalo minat baca warga Indonesia sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001% atau dari 1,000 orang Indonesia, cuma satu orang yang rajin membaca. Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.

Bahkan, di Asia Tenggara pun negara kita gak masuk tiga terantas.

Ironisnya, walau minat baca buku rendah tapi data dari wearesocial ngungkapin kalo orang Indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari. Gak heran dalam hal kecerewetan di media sosial orang Indonesia berada di urutan ke 5 dunia.

Apalagi Indonesia udah jadi negara dengan jumlah pengguna media sosial terbanyak di dunia.

Melansir dari data Reportal, hampir gak ada user di dunia yang cuma pake satu jenis media sosial. Rata-rata penduduk dunia usia produktif (16-64 tahun) menggunakan 7,3 jenis media sosial per bulannya secara aktif. Negara Indonesia sebenernya menduduki peringkat ke-2 bareng Brazil dengan nilai rata-rata 8,7 media sosial yang digunakan per bulannya. Beberapa media sosial yang populer di Indonesia adalah Instagram, Facebook, YouTube, WhatsApp, hingga TikTok.

Jangan heran kalo Indonesia jadi sasaran empuk buat info provokasi, hoax, dan fitnah. Kecepatan jari buat langsung like dan share bahkan melebihi kecepatan otaknya. Keingintahuan yang besar a.k.a kepo tapi gak dibarengin sama pemahaman yang baik. Jadi, ketika dapet informasi, mereka bertingkah seakan memiliki informasi yang penting dan langsung menyebarkannya dan memberi komentar yg dimana mereka gak paham intinya, tapi karena gak mau di anggap ketinggalan informasi dan lantas hanya mengingat informasi itu sepotong-sepotong dan memberi komentar yang kadang justru diluar topik bahkan sampai memberi komentar negatif. Padahal informasinya yang didapat belum tentu benar, malah cenderung jadi provokasi dan memecah belah bangsa.

Artikel Oleh:  Yudistira Wiranata

Related Post

Contact us

    SOUTH SUMATERA LIFESTYLE AND CREATIVE MAGAZINE

    Contact Us!