Illustration: Bobby Aland
Kata skena belakangan banyak banget diomongin dimana mana sampe kesannya kayak berisik dan over used, dari beberapa sumber kata ini berasal dari kata scene dalam bahasa inggris yang artinya kancah. Skena ini memiliki makna yang cukup beragam tergantung kamu mau liatnya dari sebelah mana. Skena kalo dalam seni pertunjukan merupakan bagian atau adegan drama, film, atau teater. Kalo dari sisi sejarah sih ada yang memaknai skena ini dengan gerakan alternatif subkultur baik itu musik atau film. Namun, yang banyak orang orang pahami dari kata skena adalah sebuah perkumpulan, komunitas atau tongkrongan anak musik/gigs biasanya penyuka musik independent yang punya sisi eksklusivitas. Tapi kata skena sekarang bergeser cukup luas gak cuma untuk perkumpulan musik tapi ke komunitas seni lain seperti film serta fashion. Sekarang juga orang yang pake brand pakaian tertentu bisa di labelin skena sama orang yang melihat. Karena kata skena ini erat kaitanya sama anak musik. Kali ini cl-ue akan melihat pandangan pegiat musik di Palembang mengenai fenomena makna kata skena yang lagi happening banget ini.
Seinget saya istilah skena baru ramai dipakai untuk mengganti istilah scene dalam bahasa inggris, mungkin sekitar 2010-an ke atas. Ada yang bilang itu penyerapan kata scene ke dalam bahasa Indonesia menjadi skena. Ada positifnya juga, jadi ada penyeragaman pelafalan daripada pelafalan scene yang beragam, kadang ada yang menyebutnya “skin”, “syin”, atau “sken”. Sebelum istilah skena ramai dipakai, kebanyakan tetep pake istilah scene, dari scene pun ada istilah scenester yang merujuk pada orang yang terlibat dalam scene, sederhananya scenester bisa diartikan sebagai anak skena.
Istilah scene dipakai dengan pemaknaan lebih pada komunitas, terutama komunitas musik. Mau itu scene hardcore/punk, metal, indie pop, atau apapun itu. Intinya scene merujuk ke komunitas yang bergerak secara kolektif. Tetapi hal biasa juga jika istilah scene dipakai untuk untuk merujuk pada komunitas tertentu di luar musik, biasanya hobbies. Misal modeling kits scene, fan fiction scene, dan lain sebagainya. Dalam konteks Indonesia, saya melihatnya tidak berbeda dengan di luaran sana. Istilah skena memang berkembang dan lazim dipakai dalam obrolan meskipun tidak lagi dalam konteks scene hardcore/punk atau indie. Buat saya hal itu wajar, artinya sirkulasi penggunaan istilah skena sudah meluas.
Sama sekali tidak masalah. Sebenarnya banyak orang memakai merchandise band tapi tanpa mengerti apalagi hafal dengan lagu band itu, ya normal. Bisa saja orang tersebut membeli merchandise band tertentu karena suka desain gambarnya atau karena hal lainnya. Kaos band ketika diperjualbelikan artinya sudah menjadi komoditas dan menjadi konsekuensi jika kaos band tersebut dibeli orang yang sama sekali tidak paham dengan musik dari band di kaosnya. Beda halnya jika suatu merchandise saat penjualannya menyertakan aturan-aturan tertentu, tapi itu sendiri agaknya menggelikan. Malah dari sisi bisnis, jelas itu menguntungkan bisa dikonsumsi secara meluas tidak terbatas pada penggemar fanatik band itu saja.
Mungkin maksud pertanyaannya anak skena. Menurut saya sendiri, istilah “anak skena” mungkin lebih merujuk ke orang-orang yang terlibat aktif di suatu komunitas. Penyebutan itu sah-sah saja selama orang-orang itu memang aktif beraktivitas di komunitas. Dalam konteks skena musik, istilah anak skena tidak melulu harus pada anak-anak band , semua orang terlibat dalam komunitas seperti record label, tim media, tim produksi acara, penjual merchandise band, atau bahkan orang yang datang ke sebuah acara musik dengan membeli tiket bisa dianggap sebagai anak skena. Jika istilah “anak skena” dikonotasikan negatif dan menjadi sindiran, itu kembali ke bagaimana cara penyampaian dan konteksnya, tetapi saya tidak terlalu ambil pusing dengan sindiran seperti itu.
Polisi skena sering tidak disukai karena biasanya terlalu melihat kondisi skena dengan pandangan idealnya sendiri, atau malah muncul dengan unpopular opinion. Adanya polisi skena berarti masih adanya orang yang menilai scene tidak hanya sebatas musik sebagai hiburan atau tontonan semata. Sedikit cerita, di awal 2000-an, perdebatan polisi skena ramai pada isu-isu yang saat itu masih cukup relevan seperti apakah apakah punk harus politis/apolitis, perdebatan bagaimana jika sebuah band hardcore/punk sign dengan mayor label, atau masalah sponsor korporasi pada acara punk, dan lain sebagainya. Saat itu polisi skena konotasinya dekat dengan political correct. Tetapi perdebatan seperti itu sudah jauh berubah di era sekarang dengan isu-isu yang lebih relevan pada hari ini. Saya melihat polisi skena sebagai bagian dari dinamika komunitas.
Ya kalo sepengalamanku sih istilah anak skena / budak acara / budak gigs tuh dulu buat ngedefinisiin sekumpulan orang yang menyukai sesuatu yg rada sidestream, punya jiwa mandiri dan juga punya semangat resistensi serta espresif dari kebanyakan orang, terutama di ekosistem bawah tanah.
Istilah ‘skena’ sih udah dari dulu ada cuma ga sampe jadi trending topik kayak sekarang, mungkin ini bisa jadi meledak banget serta definisinya bisa jadi liar dan tidak terbatas khususnya di Indonesia ya mungkin karena bisa dipengaruhi oleh perkembangan yang tinggi dikultur industri kreatif seperti festival musik, industri fashion / brand, lifestle yang terjadi di Indonesia serta faktor lain adalah imbas dari sosial media serta digital marketing yang menjadikan definisi ini sebagai target audiens dan dirangkum dalam banyak artikel serta definisi baru untuk menaikan digital traffic di level penjualan/ bisnis.
Hasilnya istilah skena ini sendiri di serap orang banyak, katakanlah netizen dan di definisikan menjadi banyak arti sesuai dari background / presepektif orang yang menerima informasi tersebut. Tapi balik lagi ini analisa gembel saya doang hehe
Ya mungkin bergeser atau bisa jadi lebih luas, mungkin maknanya bisa jadi ‘satir’ bahkan mungkin aja nggak dan itu semua tergantung dari presepektif orang yang menerima informasinya.
Biasa aja dan gak peduli, kalo ada yang pake baju partai terus jungkir balik di depan warung pempek juga sekarang bisa di kategorikan sebagai anak skena ya monggo silahkan hahaha
Aduh bingung sih, no comment
Hahaha ya seru aja sih dan gak apa-apa, harus ada orang-orang yang kayak gini di ekosistem musik biar seru. Cuma sih saya kadang punya fantasi, alangkah baiknya kalo orang-orang yang merasa jadi polisi skena atau sok elit ini di kumpulin di satu ruangan terus mereka benar-benar di uji sama akademisi yang expert di bidang seni / fashion / musik / film, dan lain-lain, untuk mengukur tingkat level intelejensi / intelektual si polisi skena ini sudah setinggi apa. Soalny kalo cuma masih di level ngomentarin orang dan cuma bisa nyuruh nyebutin lagu-lagu dari baju yang orang pake sih kalo menurut saya sih masih di level norak hahahhhahaha
– Dari pengalaman saya sih istilah “skena” itu muncul ke permukaan itu sepertinya secara spontan ya. Tiba-tiba aja udah ada di peredaran
– Kalo bagi penggiat sih sebenernya makna itu emang seperti yang seharusnya ya, belakangan ini emang sering terdengar bercandaan “anak skena” yang ternyata pointnya itu lebih ke fashion ya bukan ke pergerakannya
– Mungkin emang lagi pergeseran trend fashion ya sekarang (haha), beberapa tahun kebelakang kan lagi rame style nya basket, air jordan, oversized atau yang biasa kita denger istilahnya “hypebeast” (koreksi jika salah)
Bisa jadi sekarang itu perkembangan istilah “anak skena” itu merujuknya kesana
– ….
– Selama itu cuman buat bercandaan sih gak masalah ya
Fenomena penggunaan kata skena yang sedang rame saat ini telah mendapat perhatian yang luas, baik dalam konteks komunitas maupun subkultur musik. Meskipun terdapat variasi makna dan pemahaman dan bagaimana orang menggunakan kata skena ini, terutama terkait dengan perkumpulan musik dan eksklusivitas, penggunaan kata skena telah meluas hingga mencakup komunitas seni lainnya seperti film dan fashion serta atribut yang mereka pakai. Ramainya fenomena kata skena semoga bisa berkontribusi positif dalam perkembangan industri itu sendiri baik itu musik, fashion hingga film.
Artikel Oleh: Bobby Aland