Foto: Junior Zamrud

Rizky Burhanuddin: The Feeling is Mutual

Meika Sambal: Selera Pedas​

PRICE

OPEN
Sun Mon
10 am — 11 pm
SERVE
Speciality Coffee

Facilities

Rooftop
Smoking Area
Prayer Room
Wi-fi

Contact

0851-5526-6123

Cukup kuat dalam ingatan, bagaimana Mutual Space pertama kali hadir di Palembang pada awal tahun 2018 lalu. Kesan yang punya pemaknaannya tersendiri. Saat itu, tempat ini terasa menjadi pilihan destinasi yang punya nuansa baru, khususnya bagi muda-mudi penghuni kota ini. Eksterior yang mewakili semangat zaman, dari pinggiran jalan Vetaran yang selalu padat sering terlihat dari luar banyaknya pengunjung baik yang ingin merapihkan gaya rambut atau juga bagi penikmat kopi berdatangan. Terlebih, coffeeshop ini hadir bersamaan dengan fenomena kopi susu gula aren yang pada waktunya banyak menghadirkan perbincangan.

Tempat ini berawal dari pertimbangannya pulang ke Palembang di tahun 2017 silam. Memposisikan dirinya untuk memilih jalan mana yang akan Ia tempuh demi melanjutkan hidup, khususnya dalam urusan basis ekonomi. Sejalan dari renjana (passion) yang telah lama jadi perhatiannya sebelum menetap lagi di kota ini, memilih industri kreatif sebagai pilihan strategis dan memantapkan hati juga pikiran atas keyakinannya menjadi seorang pebisnis di usia yang saat itu terbilang muda.

Pria yang biasa di sapa Kiki ini banyak bercerita tentang bagaimana awalnya membangun Mutual Space sampai hari ini. Semua ini berawal saat Ia terjebak dengan situasi yang mengharuskannya pulang ke Palembang atas permintaan orang tua yang berkeinginan membuka barbershop karena terinspirasi dari Chief Barber & Supplies yang ada di Jakarta, menjadikan cikal bakal yang menginspirasi Mutual Barbershop untuk pertama kali.

Saat itu juga, Ia merasa punya ego pribadi yang mendorongnya untuk tidak hanya berfokus pada bisnin barbershop saja. Kiki bercerita, saat itu Ia berpikir “apa ya yang menarik dan punya banyak peluangnya di Palembang ini?”, dan pertanyaan tersebut mengerucut pada bisnis food & beverage yang jadi risetnya saat itu. Perencanaan akan nama, konsep dan bisnis model serta lain-lainnya Ia gojlok di pertengahan 2017. Merenovasi bangunan rumah toko yang berada di jalan Veteran ini memakan waktu hampir enam bulan lamanya.

“Tempat ini sebenernya emang bener-bener dari nol banget soal branding atau tentang marketingnya juga bener-bener ga ngerti banget awalnya”. Latar belakang sebagai lulusan Management jadi bekal dan menguatkan tekad untuk terus bisa mempelajari banyak hal, menjadikan mental berbisnis pelan-pelan terbangun atas kemauan yang Ia pilih. Misalnya, “walaupun gak punya background di keilmuan graphic design, tapi karena suka banget baca majalah dari zaman sekolah, ngebentuk taste-nya sendiri juga”, ungkapnya.

Apa ya yang menarik dan punya banyak peluangnya di Palembang ini?

Sewaktu Ia tinggal di Jakarta, kegemarannya akan membaca buku dan majalah mengantarnya ke satu tempat yang sangat menarik disana, adalah Aksara Bookstore yang menjadi perhentiannya.Toko buku ini juga memiliki coffeeshop yang setelah Ia ulik lagi, ternyata memiliki sekolah tentang mendalami kopi. Tempat ini punya nama ABCD School of Coffee di bilangan Menteng. Suatu momen yang mendekatkanya pada kopi dan jadi pengalaman yang mengantarnya ke industri ini kelak.

Pengalamannya ini menggerakkan hati dan pikirannya untuk menghadirkan coffeeshop di Palembang saat itu, dengan konsep one stop to go dari keberadaan building space jadi stateginya mengawali Mutual yang terbagi menjadi dua fokus, antara barbershop dan coffeshop dengan konsep bangunan industrial baik interior dan juga eksterior yang di kedepankan. Memang pada saat itu, di kisaran tahun 2018, bangun dengan tema industrial bermunculan kuat dan banyak beredar di pasaran arsitektural.

Untuk desain bangunnya sendiri digarap oleh Nesia Castury Silva sebagai arsitek asal Palembang. Kiki menceritakan, pemilihan yang tepat dalam pengerjaan menggambar bidang arsitektur ini menjadi poin penting dalam perencanaan awal menyiapkan toko kopi yang di targetkan. “Serunya, kak Nesia sebagai arsitek mendesain penggarapan interior Mutual Space ini udah tau banget gimana desain yang di mau, gimana pemanfaatan ruang dan lain-lain langsung aja disiapinnya”. Jadi lebih menghemat waktu dan energi dari ketepatan dalam memilih seorang arsitek.

Misalnya, dalam pemanfaatan ruang yang ada di Mutual Space, Kiki juga menceritak bagaimana kebutuhan mengalokasikan langkah pengunjung dari tata ruang yang ada atas luas bangunan yang dipunya dengan mempelajari budaya serta perilaku orang Palembang, ditambah saat itu banyaknya tempat ngopi hanya menyediakan satu meja empat kursi dan terkesan circle to circle. Bertujuan menciptakan kebiasaan baru, itu yang menjadi alasan mengapa Mutual Space menghadirkan meja panjang berisikan enam kursi dan menjadi tempat bertemunya customer yang tidak saling kenal, membangun pertemanan baru dan di fasilitasi oleh coffeeshop, yang dalam hal ini adalah Mutual Space itu sendiri.

Hal ini sangat sejalan dari pemilihan nama pada bisnis ini bernaung. Mutual yang diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ‘saling’ atau juga berarti ‘bersama’, dan menambahkan kata ‘space’ menjadi intepretasi atas dua unit usaha dalam satu bangunan, antara barbershop serta coffeeshop di bawah nama bidang usaha ‘Mutual Space’. Dengan begitu, kita sebagai pengunjung akan mudah memahami campaign dari tempat ini, tentang saling terhubung dan berkesinambungan dalam satu ruang yang sama.

Walaupun gak punya background di keilmuan graphic design, tapi karena suka banget baca majalah dari zaman sekolah, ngebentuk taste-nya sendiri juga

 

Penamaan Mutual berangkat dari ingatannya semasa Ia sekolah dulu, atas penjelasan guru mengenai antara burung jalak yang biasa hinggap di punggung badak untuk memakan kutu-kutu yang ada di kulitnya. Fenomena ini yang menjelaskan bagaimana makna dari kata Mutual bisa mudah dipahami. Dari sini juga, penamaan bidang bisnis food & beverage ini menurunkan visi dan misi yang menguatkan branding ini bisa dijalankan.

Tepatnya, Mutual barbershop yang awalnya berada di lantai 2 buka untuk petama kalinya pada bulan Januari tahun 2018 dan disusul untuk lantai 1 menhadirkan Mutual coffeeshop pada bulan Juni di tahun yang sama. Khususnya membicarakan kopi, saat itu mutual hadir dengan benchmark kopi susu gula aren yang ramai di perbincangkan. Hal ini terjadi karena saat itu, khususnya di Palembang belum ramai akan sajian ini yang bisa dikatakan lebih praktis dalam pembuatannya. Berbeda dengan beragam menu kopi lainnya yang rata-rata lebih seksi secara metode pembuatan sampai penyajian.

Kopi susu sendiri dinilai hanya sekedar menjual produk tanpa memiliki esensi perihal budaya ngopi dari fenomena yang hadir saat itu. Kiki menceritakan bagaimana banyaknuya pelaku bisnis yang berkomentar miring atas menu yang Ia hadirkan bersama Mutual Space. Alasannya membawa kopi susu gula aren ke Palembang adalah atas pembacaan akan inovasi yang terjadi di seputaran Jakarta saat itu, diantaranya Toko Kopi Tuku, Seven Speed Coffee, Kopi dibawahtangga, Anomali Coffee, dan bebarapa tempat lain yang jadi bahan risetnya mempelajari perilaku konsumen akan menu praktis ini. Singkat cerita, lahirlah menu dengan nama Kopi Susu Creamy yang jadi andalan Mutual Space.

Bisa dikatakan, momen riding the wave atas pembacaan pasar oleh Mutual Space adalah cara Kiki membangun bisnisnya yang sejak 2018 dan bisa bertahan hingga hari ini. Kurang lebih, lima tahun perjalananya dan tidak jarang bertemu dengan momen krusial yang harus dihadapinya sebagai pebisnis. Tentu saja, ini menjadi tantangannya tersendiri bagi pelaku bisnis, khususnya di industri kreatif kota Palembang. Bersama Mutual Space, perlahan menjawab tantangan-tantangan zaman.

Artikel Oleh:  Junior Zamrud

Related Post

Contact us

    SOUTH SUMATERA LIFESTYLE AND CREATIVE MAGAZINE

    Contact Us!