Agam Pisan mengawali langkah barunya bersama logo filosifis sebagai perencanaan menyambut semangat kebaharuan di tahun depan menuju harapan-harapan besar untuk bisa memberikan kebermanfaatannya bagi banyak orang.
Satu tahun berlalu sejak aktivasi pasar 16 yang dilakukan oleh Agam Pisan bersama pelaku bisnis lainnya kini perlahan membuahkan hasil. Pasar 16 yang awalnya kita kenal begitu kumuh, minim destinasi tujuan wisata kuliner hingga rawan kriminal ini berproses dan menyulapnya menjadi sebuah tempat nongkrong begitu jadi daya tarik bagi kawula muda dan berbagai kalangan. Berlokasi di sudut lantai tiga pasar 16 dengan menawarkan pemandangan indah Sungai Musi dan Ampera ini jadi perpaduan iconic Sumatra Selatan.
Masih jadi bagian prosesnya juga, baru–baru ini Agam Pisan merilis logo barunya. Penamaan Agam Pisan sendiri diambil dari 2 bahasa, yaitu Sumatera Selatan dan Sunda. Agam dalam bahasa Sumatera Selatan memiliki arti ‘Senang’ sedangkan penggunaan kata Pisan pada bahasa Sunda berarti ‘Sangat’ yang mewakili keramahtamahan masyarakat Indonesia dari orang-orang Sunda. Secara keseluruhan Agam Pisan dapat diartikan sebagai ‘Sangat Senang’.
Intepretasi ini ditujukan untuk membawa kebahagiaan serta kegembiraan kepada seluruh penikmat kopi Agam Pisan selama ini. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia sendiri Agam direprentasikan memiliki makna yang kuat, tangguh dan besar. Selain pemilihan Bahasa Sumatera Selatan diambil dari tempat asal mula Agam Pisan lahir. Pemilihan Bahasa sunda juga punya cerita dibaliknya karena merupakan asal tempat ibu sang pemiliki Agam Pisan lahir.
Logo baru Agam Pisan ini dibuat oleh Destiara Chairunisa atau yang lebih akrab disapa Desti, seorang perempuan lulusan Desain Komunikasi Visual dari Universitas Indo Global Mamdiri. Ia juga yang membuat desain gambar Pasar 16 untuk dipakai pada acara perayaan Satu Tahun Jenama Lokal beberapa waktu lalu. Jika dibedah satu persatu, logo baru Agam Pisan memiliki delapan simbol yang punya artinya masing-masing.
Pertama, ‘Bunga Tanjung’ adalah salah satu motif songket khas Sumatra Selatan. Kedua, ‘Mega Mendung’ merupakan motif khas Jawa barat, dua kain yang mewakili setiap provinsi. Ketiga, tidak ketinggalan simbol ‘Biji Kopi’ sebagai bahan utama. Lalu keempat, ‘Acungan Jempol’ sebagai ekspresi gerak tubuh yang bisa artikan untuk rasa nikmat kopi yang dihasilkan. Kelima, gambar ‘Kaki’ melambangkan kalangan masyarakat. Keenam, ‘Tetesan’ arti yang berarti kegigihan. Ketujuh, ‘Garis Senyum’ Spiral bentuk kesenangan yang di dalamnya terdapat kreasi. Terakhir ada ‘Segita Terbalik’ diartikan bahwa Agam Pisan hadir untuk semua kalangan masyarakat. Prinsip inklusif ini dipertegas kembali oleh slogan “Semua Berhak Ngopi Enak”.
Desti sendiri juga membuat beberapa varian warna yang bisa digunakan sesuai kebutuhan penggunaan produk. Warna emas dan merah misalnya identik dengan Sumatera Selatan. Unsur warna keemasan bisa kita temui pada pakaian adat Sumatera Selatan, gemerlap ini melambangkan citra Sumatera Selatan di masa lalu yang dikenal sebagai Swarnadipa atau ‘pulau emas’. Warna merah juga punya nilai Sejarah pada masa kesultanan Palembang. Warna lainnya yaitu warna hitam yang identik dengan pakaian adat Jawa dan warna coklat identik dengan batik Jawa.
Sebuah logo bagi sebagian orang mungkin bisa saja dianggap sepele. Tapi tidak bagi Agam Pisan, semula memang Agam Pisan bermain logo sederhana menggunakan font versinya sendiri. Seiring berjalannya waktu, Agam Pisan mencoba mempertegas identitasnya lewat logos sebagai sikap mengusahakan untuk bisa menyajikan produk-produk berkualitas dengan mulai lebih memperhatikan penggunaan biji kopi khas Sumatera Selatan dari Pagar Alam, Lahat dan Semendo, baik itu robusta maupun arabika. Ditambah pula dengan memadu padankan makanan lokal khas Indonesia.
Artikel Oleh: Fauzan Alkap