Foto: Junior Zamrud

Hendra SK: Hulunya Petani Jamur, Hilirnya Omah Bingen

Omah Bingen

#image_title

PRICE

OPEN
Sat — Sun                  10 am — 10 pm
Mon — Tue                  4 pm — 10 pm
Fri                                 4 pm — 10 pm
Wed                                          Closed
SERVE
Coffee & Tea
Indonesian Food & Snack

Facilities

Surau / Mushola
Smoking Ara
Toilet
Parking Area
 

Contact

@omah.bingen
0821-7682-6922
Sebagai seorang petani jamur, Hendra memikirkan bagaimana hulunya dari hasil panen ini bisa sampai ke produk olahan yang langsung siap makan, maka konsep kedai kopi dan teh ini jadi hilirnya.

Sejak awal tahun 2023, Omah Bingen jadi ramai dikunjungi banyak orang karena fenomena ‘viral’ yang ramai di media sosial belakangan. Lokasi kedai yang mengedepankan bentuk rumah sederhana, juga dikelilingi hutan asri jadi konsep bagi tempat ini membangun awareness yang dikemudian hari menarik banyak pengujung untuk datang jauh-jauh sampai ke Indralaya, Ogan Ilir. Dalang dari semua ini, ada nama Hendra sebagai yang mewujudkan tempat ini punya maknanya sendiri.

Selepas Ia menamati kuliah di Palembang, Hendra pulang ke rumah orang tuanya dimana memang jadi momen, memikirkan langkah apa yang akan ditempuhnya selepas menyelesaikan sekolah lanjutannya itu. Keluarganya punya latar belakang petani jamur yang sudah berjalan menahun lamanya. Segudang referensi yang Ia punya, mengerucutlah satu pemikiran tentang bagaimana bisa membangun bisnis jamur ini tidak hanya pada bagian hulunya saja, tapi juga bisa sampai pada hilir.

Hendra bercerita, “sebagai seorang petani jamur, saya mikir gimana hulunya dari hasil panen ini bisa sampe ke produk olahan yang langsung siap makan, dan konsep kedai kopi dan teh ini jadi hilirnya.” Dari situ, Ia mengusahakan kedai yang bisa menjual minuman yang cocok dengan kudapan jamur hasil olahan sendiri. Sembari mempelajari bagaimana bisnis food & beverage bisa berlangsung, Hendra menghadirkan Omah Bingen dengan target pengunjung seputaran Indralaya, yang memang juga dikenal jadi lokalisasi mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri setempat.

40% bahan bangunan antara bar (bangunan utama), surau, dapur dan kamar mandi merupakan hasil daur ulang dari bangunan-bangunan lama yang dijadikan bangunan baru yang kokoh menaugi Omah Bingen hari ini.

Menu yang dikedepankan pun menyesuaikan dengan olahan jamur yang memang jadi kudapan menemani nongkrong. Lalu kopi dan teh yang mendampingi makanan ringan ini bisa dinikmati pengunjung, selain ada banyak pilihan menu lain bisa dipesan baik pada makanan maupun minuman yang tersedia di Omah Bingen.

Untuk penamaan akan tempat ini sendiri merupakan akulturasi yang sengaja Ia ciptakan dengan menggunakan kata ‘Omah’ berarti rumah dalam bahasa Jawa, dan di gabungkan dengan kata ‘Bingen’ yang punya arti lawas / zaman dulu dan diambil dari bahas lokal Palembang. Penggunaan nama Omah Bingen bisa ditafsirkan sebagai ‘Rumah Lawas’ ini digunakan oleh Hendra “karena 40% bahan bangunan antara bar (bangunan utama), surau, dapur dan kamar mandi merupakan hasil daur ulang dari bangunan-bangunan lama yang dijadikan bangunan baru yang kokoh menanugi Omah Bingen hari ini,” cerita Hendra menjelaskan konsepnya.

Bahan-bahan lama ini Ia beli dari barang-barang bekas yang kemudian diberdayakan lagi menjadi bahan bangunan. Hal ini dilakukan sebagai pernyataan sikapnya akan penggunaan barang yang masih layak dipakai, akan tetap bernilai jika antara konsep hingga eksekusi yang tepat sasaran bisa dengan sangat baik dipergunakan kembali. Kita bisa melihat bagaimana jendela-jendela dari bangunan utama Omah Bingen berasal dari lemari-lemari zaman dulu.

Selain itu, kita juga bisa melihat antara bar untuk membuat beragam minuman yang terletak di bangunan utama, memiliki jarak tersendiri dengan dapur yang Ia bangun bersebrangan. Di samping dapur, Hendra memposisikan meja panjang sebagai cara Ia mencerimkan dapur beserta meja makannya. Membangun kesan seperti dirumah yang merepresentasikan akan kekeluargaan. Ia juga terinspirasi dari kebiasaan orang Bali yang menganggap dapur sebagai ruang sacral dan memisahkannya dengan bangunan rumahnya. Dapur bagi masyarakat Bali dimaknai sebagai ‘stana’ atau istana dan tempat menetralisir energi negatif.

Banyaknya pengetahuan yang dimiliki oleh Hendra tidak hanya berasal dari bacaan yang Ia kejar setiap harinya. Namun, Ia kerap menyambangi kota-kota juga lokasi-lokasi bisnis ‘artisan’ yang ada di pulau sebrang, bercerita, mendapatkan teman baru lalu mengambil pengalaman-pengalaman dalam perjalananya. Berkelana mendatangi pulau Jawa juga jadi salah satu jawabannya menhadirkan Omah Bingen yang berlokasi di Indralaya. Namun, semua ini berkisah dari hal yang dirasa tidak mungkin.

Kebaikan itu harus dibalaskan, walaupun gak langsung ke orang yang dulu pernah baik sama kita, tapi bisa diupayakan kebaikan itu ke siapapun yang memang pantas mendapatkannya.

Hendra membuka lahan ini pada 5 Maret 2022 yang pada awalnya merupakan luasan hutan yang tidak ada satupun bangunan disekitarnya. Tidak satupun dari orang-orang yang mengenalinya untuk berkata “mungkin” ketika Ia mewacakan lokasi hutan itu akan dijadikan Hilir dari olahan jamurnya dengan konsep kedai bernama Omah Bingen. Sembilan bulan Hendra bermain di dalam hutan, Kemudian, tepatnya pada tanggal 9 Desember 2022, kemustahilan itu berwujud bangunan sederhana yang siap menerima banyak pengunjung dengan sajian-sajian yang telah dipersiapkan.

Omah Bingen hadir atas banyaknya keraguan akan perencanaan yang tengah dibangun oleh Hendra kala itu. Tanpa bermaksud menegakkan dagu, Ia tetap pada misinya menciptakan Hilir dan juga jadi lokaliasi akan kreativitas dan budaya lokal yang dibalut dengan keramahtamahannya menjalin cerita tentang membangun kesadaran.             

Hendra punya angan, dimana Omah Bingen bisa jadi ruang berkegiatan bagi mahasiswa setempat juga warga Indralaya aktif menghadirkan beragam kreasi yang bisa menghidupkan lokakarya sekitar. Terlebih, Ia juga melihat tidak adanya lagi pembeda yang siginifikan antara kota besar seperti Palembang dengan Indralaya, dimana hari ini semua akses kehidupan telah difasilitasi oleh teknologi infomrasi dan komunikasi, seperti smartphone dengan internetnya, yang semua orang telah mengakses serupa.

Tempat ini punya segudang mimpi yang jadi perencanaannya mengembangkan lingkungan produktif. Selain itu, Hendra juga berinisiasi, bahwa Omah Bingen ini juga bersifat sebagai rumah singgah bagi para ‘pejalan’. Ia bercerita bagaimana masa mudanya dulu juga dikelilingi banyak orang baik yang pernah singgah dan jadi bagian dicerita hidupnya.

Kebaikan itu harus dibalaskan walaupun gak langsung ke orang yang dulu pernah baik sama kita, tapi bisa diupayakan kebaikan itu ke siapapun yang memang pantas mendapatkannya,” ungkap Hendra. Ia sendiri merasa kebaikan itu harus Ia balaskan walaupun tidak langsung ke orang yang dulu membantunya, tapi akan Ia upayakan kebaikan itu ke orang lain yang memang pantas mendapatkannya, dimanapun, dengan siapapun, apapaun itu, berbuat baik adalah cerminan kehidupan.

Artikel Oleh:  Junior Zamrud

Related Post

Contact us

    SOUTH SUMATERA LIFESTYLE AND CREATIVE MAGAZINE

    Contact Us!