Jl. Urip Sumoharjo, 2 Ilir, Kec. Ilir Tim. II, Kota Palembang, Sumatera Selatan
Hijaukan Teras
PRICE
SERVE
Facilities
Contact
Bagi dirinya, hingga dimana Ia bisa sampai menjadi seorang agribisnis atau bahkan merambah ke industri food and beverage merupakan hal yang pernah lama bersarang di kepala. Langkah ini merupakan lompatan dari yang pernah terpikirkan jauh-jauh hari sebelumnya. Semua itu Ia sambut dengan matang dan jadi satu kisah yang panjang, bagaimana memulai semua ini bersama Hijaukan Teras di hari ini.
Laki-laki yang punya darah Minang ini semasa mudanya sudah terbiasa hidup berpindah-pindah. Bangku sekolah Ia habiskan di Lampung. Saat itu tahun 2002, selepas lulus dari Sekolah Menengah Atas Ia langsung merantau ke Batam karena kakak perempuannya sudah tinggal disana lebih dulu. Tujuannya memang untuk mencari kerja dan mengasah banyak hal yang bisa di jadikan skill untuk mencari pendapatan. Pekerjaan pertamanya saat itu adalah menjadi tukang cuci piring di rumah makan mie ayam di pasar setempat.
Dari itu, Ia berpindah kerja dan berkesempatan jadi juru masak di restoran Hot Plate yang saat itu cukup ramai di pasaran. Dua tahun berlalu, Ia coba pindah lagi. Kali ini ke tengah Ibukota negara untuk bisa mengasah kemampuan juga pengalamannya lebih jauh lagi. Memilih Jakarta jadi destinasi berikutnya dan bekerja di bidang yang sama.
Satu tahun berjalan, Ia harus pulang ke Palembang karena kabar duka dari orang tuanya saat itu. Tepatnya tahun 2005, jadi awal baginya pula bekerja di gerai cepat saji di Palembang. Perkenalannya dengan dapur dan pelan-pelan memahami industri food and beverage sejak di Batam, Jakarta dan Palembang inilah yang kemudian jadi suatu niat. Angan-angan yang pernah Ia impikan di tahun 2002 itu terwujud 19 tahun kemudian, dimana Hijaukan Teras hadir untuk pertama kali, tepatnya di tahun 2021 lalu.
Tapi kisah tadi bukanlah awal bagi Hijaukan Teras sebagai tempat pilihan destinasi untuk menikmati secangkir teh yang kita kenal hari ini. Sebelum sampai disitu, semua ini berawal dari hobinya akan bercocok tanam. Ide sederhana untuk ‘menghijaukan teras rumah’ malah kelamaan punya cerita tersendiri bagi Om Rachman. Tepatnya di tahun 2018, mengawali kisah dengan Hijaukan Teras.
Om Rachman bercerita “hasil dari lihat Pinterest, bikin bingkai sendiri dan diisi tanaman, beli pot dan merawat tanamannya satu per satu, lambat laun teras yang tadinya kosong makin terisi banyak tanaman hias”. Hingga suatu waktu, dimana teman-teman istrinya datang kerumah dan minta beberapa tanaman yang ada di teras. Dari sini ide menjalankan agribisnis itu muncul karena banyak orang yang dirasa tertarik akan tanaman-tanaman diteras rumahnya. Ia juga menerima saran dari teman yang lain untuk coba mempelajari seluk-beluk bisnis di bidang tanaman hias ini.
Riset kecil-kecilannya dalam pembacaan pasar jual-beli tanaman hias secara online, khususnya di Palembang saat itu mendorongnya untuk memberanikan diri terjun lebih jauh lagi. Singkat cerita, Ia membutuhkan satu nama yang bisa merepresentasikan bidang bisnis ini dan terlintas ‘Hijaukan Teras’ sesuai visinya di awal, mengisi halaman depan rumah yang kosong dengan bermacam jenis tanaman. Di penghujung tahun 2018, ide ini pelan-pelan diwujudkannya. Tapi, tentu saja tidak semulus itu kisah ini bergulir.
Berjalannya waktu, Om Rachman baru merasakan betul bagaimana warga Palembang saat itu benar-benar tidak mengenal tanaman hias secara spesifik, apalagi menyoal jenis dan harga yang beradar dipasaran. Satu bulan cuma terjual satu tanaman, sepi. Barulah kurang lebih satu tahun kemudian, hasil dari efek pandemi dan Work From Home, di akhir tahun 2019 dan awal-awal tahun 2020 yang saat itu menjadikan banyak orang mencari aktivitas baru demi mengisi waktu luang. Misalnya, ada yang jadi hobi bersepeda, dan ada juga yang ikutan merawat tanaman hias. Imbasnya, seketika bisnis Agrikultur dari Hijaukan Teras ikut terseret arus pasar saat itu.
“Saya pernah jual Monstera dengan harga sampai ratusan juta rupiah waktu itu”. Angka yang fantastis untuk tanaman hias karena juga didorong dengan demand yang tinggi dipasaran. Tapi, arus peminat tanaman hias ini juga dimakan oleh wakt.. Perlahan, permintaan yang tinggi karena efek pandemi ini mulai merosot. Di posisi ini juga yang jadi salah satu melihat peluang bisnis yang bisa di lihat oleh Om Rachman sendiri. Dengan latar belakang yang Ia miliki sebagai juru masak, memantapkan hatinya merambah ke ranah FnB.
Pemilihan tanaman, teras rumah dan secangkir teh sebagai identitas di kedepankan. Alasan memilih teh sebagai sajian utama pun adalah hasil risetnya melihat perilaku konsumen di beberapa café yang Ia kunjungi. Perahatiannya terpusat dari banyaknya pesanan di atas meja yang setelah di lihat banyak memesan teh sebagai minuman yang dipesan. Dari situ Ia mulai percaya diri. Ia bercerita, “Belom ada orang yang buka kedai spesialis teh dan ngumpulin orang-orang yang emang suka minum teh”. Dimana juga, makna teras dan meminum secangkir teh hangat memang sangat mudah kita rasakan kenyamananya.
Perlahan Ia mulai mencari tempat baru agar bisa dijamah lebih dekat oleh customer. Baru lah di tahun 2021 Ia memindahkan Hijaukan Teras dari rumahnya, beranjak ke tempat sekarang yang ada di jalan Urip Sumoharjo, 2 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II. Perlahan tapi pasti, tempat ini memang diawali dengan sepinya pengunjung, namun waktu menjawabnya lain. Sejauh ini, Hijaukan Teras sangat diminati baik yang muda, yang sudah berkeluarga, atau juga yang tua-tua.
Pengaruh media sosial juga jadi ukuran tempat ini kian di gandrungi pengunjung. Kita bisa lihat banyaknya pigura-pigura yang ada di dalam maupun luar ruangan. Interior dan eksterior difokuskan oleh Om Rachman ini tujuannya untuk berbagi cerita tentang suasana masa lalu. bermain dengan hashtag, serta konsistensi dalam warna yang terasa di setiap unggahan jadi karakter, “Suasananya kayak main ke rumah nenek, furniture-nya, makanannya, kayak singkong dan pisang goreng, dan secangkir teh”. Keadaan ini benar mengintepretasikan romantisme akan masa yang telah berlalu.
Namun, selain memang semua kisah di atas adalah bagaimana Om Rachman mengupayakan hari-harinya lebih bernilai dari setiap giatnya, Ia benar-benar memperhatikan keberlangsungan hidup yang lebih selaras, dan tidak hanya melulu soal uang. Ia juga banyak bercerita tentang tujunannya mengembalikan hidup yang lebih bersahaja, urun dan bermakna. Membicarakan akan konsep gaya hidup berdampak ke lingkungan yang lebih baik juga jadi pikirannya belakangan ini.
Salah satunya, mengupayakan campaign mengenai mempengaruhi cara berpikir akan gaya hidup yang lebih bernilai. Ia menceritakan tentang ‘slow living’ suatu konsep dengan memperlambat laju kecepatan dalam menjalankan hidup. “Kita hidup di zaman yang serba cepat, makan buru-buru, melakukan sesuatu tidak cukup satu, harus multi-tasking. Jadinya mau pembuktian sama kemampuan kita akan banyak hal, tapi kita ga nemuin kenikmatan disitu, capek”. Dari situ menurutnya Om Rachman, kita harus kembali lagi dengan kesadaran yang tinggi, atau mindfulness.
“Kita itu butuh sesekali makan dengan lambat, nikamtin apa yang jadi asupan, tanpa smartphone, memperhatikan sekeliling kita apa yang terjadi sambil menikmatin waktu”. Pola ini juga berlaku ke pekerjaan, Kita tidak akan bisa fokus mengerjakan dua pekerjaan dalam waktu bersamaan, maka dari itu konsep mindfulness (perhatian) atau juga mengartikan sebagai mengerjakan suatu hal secara fokus dengan pusat perhatian yang penuh, tanpa melakukan hal yang lain di waktu yang bersamaan. Akan timbul rasa kepuasan saat kita mengerjakan suatu hal dengan fokus dan sepenuh hati.
Cerita Om Rachman, rata-rata orang yang terbiasa hidup cepat atau juga multi-tasking itu selalu merasa kekurangan waktu. Tidak bisa menikmati apa yang sedang di jalankan. Karena terbiasa hidup yang serba cepat tidak menikmati waktu yang bergulir. “Tiba-tiba udah siang aja ya, eh udah sore aja taunya”. Hal ini yang menyadarkan Om Rachman, hidup saat ini sangat terikat juga dengan pekerjaan yang kita punya, ”dimana akselarasi karir harus cepat, maunya buru-buru dapet jabatan, toh nanti bakal kita dapetin juga ujung-ujungnya kalo emang kerjanya kita bagus.”
Dari sini, Om Rachman punya tujuan untuk banyak menceritakan tentang energi baik yang menular. Apa yang tengah Ia bangun saat ini, “paling tidak bisa jadi agen perubahan, membawa energi baik ini pulang, keluar dari tempat Hijaukan Teras, dan jadi cerita-cerita positif disekitar yang mendengarkan”.
Bagi kita yang mengunjungi tempat ini, rasanya memang ingin dipengahuri oleh waktu, untuk bisa menikmati momen asri. Kita harus sadari, bahwa di sini menularkan banyak cerita baik, dimana memang dengan sengaja dibuat sedemikian rupa olehnya sendiri, Om Rachman sebagai dalang dari semua ini. Dengarlah bagaimana tuturnya, lihatlah seperti apa gaya bicaranya, resapilah setiap ceritanya. Di hadapan teh dengan aroma yang disuguhkan, ada Ia yang mendengarkan, karena teras nan hijau jadi perhentian keluh kesah yang harus dikisahkan
Artikel Oleh: Junior Zamrud