Jl. Jend. Sudirman, Sekip Jaya, Kec. Ilir Tim. I, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30114
KOPI PULANG
PRICE
OPEN
SERVE
Facilities
Contact
Rabu siang jadi hari yang cukup cerah saat kami mengunjugi tempat dimana banyak orang merasa akrab satu sama lain yang memang di kondisikan sebegitu adanya. Posisi kursi tepat di depan bar, menyambut obrolan santai antara Barista dan customer sembari juga rutinitas siang itu berjalan seperti biasa, memesan kopi, orderan dari aplikasi, momen saling bercerita, atau ada juga yang sibuk di depan laptop masing-masing.
Toko Kopi ini punya nuansa vintage nan tradisional. Warna lampu kuning temaram, juga rak buku, meja dan kursi serta bermacam interior serba berbahan kayu aksen kecoklatan. Dan seperti yang kita tahu, setiap kali sampai di tempat ini, selain bisa memesan beragam pilihan minuman dan cemilan yang ada, hal pertama yang di suguhkan ke setiap customer adalah segelas air putih. Bagai rumah, tempat kita pulang.
Ya, tempat ini punya nama Kopi Pulang di bilangan Sudirman, tepat di sisi lampu merah Sekip Pangkal. Didirikan oleh seorang nutrisionis dengan nama Amal Fathullah, banyak orang mengenalnya dengan di sapaan Amal, dalang di balik toko kopi ini yang Ia mulai di tahun 2015 lalu selepas ‘pulang’ dari perjalanan panjang keliling pulau Jawa dan sekitarnya.
Saat itu, Ia jalan bersama satu temannya memulai perjalanan dengan membawa motor masing-masing. Amal mengendarai Honda CB yang Ia beli di Depok. Kurang lebih satu bulan lamanya mereka jajaki sampai Banyuawin, ujung Bali bagian Barat.
Setiap kota yang di singgahi, banyak orang mereka ajak untuk minum kopi yang dibawanya jauh-jauh dari Bogor. Di dalam tas, siap sedia kopi yang sudah di roasting dan hand manual grinder, air panas, juga beberapa cangkir sebagai sajian siap seruput bagi siapa saja yang mau mencicipi kopi buatanya di sepanjang perjalanan.
Gegara perjalanan ini, Amal dan temannya ini sempat di liput media nasional saat itu dengan tajuk “Kenalkan Kopi Nusantara, Dua Pemuda Keliling Jawa dengan Motor”. Kita semua juga masih bisa menilik hasil perjalanan mereka saat itu dari akun Instagram @knalikahwe sebagai momen dokumentasi di setiap tempat yang sudah di singgahi saat itu.
Sepulang perjalananya menjelajah sampai ujung pulau Jawa, Amal sempat punya buah pikir tentang apa tujuan hidupnya di kemudian hari. Walaupun sedang menetap di Bogor karena menempuh pendidikan tinggi, tapi ada pertanyaan besar di kepalanya untuk ‘pulang’ ke rumah dimana Ia berasal.
Amal sendiri punya latar belakang nutrisionis hasil sekolah lanjutannya di pendidikan tinggi dan juga berpengalaman di sektor industri perkebunan kopi semasa Ia kuliah. Ini di awali ketika dosennya mengajak untuk terlibat pada suatu NGO yang punya fokus di bidang ini. Menjadi bekal baginya untuk bisa mengerti lebih jauh dari hulu hingga hilir, tentang yang khas bagaimana kita bisa memahami cara menikmati secangkir kopi.
Bekal pengalaman ini Ia bawa di pertengahan tahun 2015 untuk menghadirkan Toko Kopi dengan konsep yang ada di alam pikirnya. Amal bercerita, “rasanya jadi hal yang mustahil untuk hidup dan tinggal di Palembang, tapi coba tantang diri sendiri dan bawa ‘estafet’ sama apa yang sudah dipahami dari pengalaman juga ilmu pengetahuan, dibawa ‘pulang’ ke Palembang. Dan dari sini asal nama Toko Kopi ini berawal.”
Namun, makna pulang yang dimaksud bukan berupa arti tempat yang beratap, punya pintu atau juga jendela. Pulang, menurutnya adalah perasaan dimana kita berada di antara orang-orang yang kita kenal, yang kita sayangi. “Mau dimanapun gue, disitu ada lo, gue udah pulang”, sebagai umpama dari yang Amal ceritakan. Ini jadi pijakan ketika kita datang ke Kopi Pulang dan bertegur sapa, ada banyak canda tawa bercerita diantara teman dan pengunjung yang ada, itulah tempat untuk pulang yang di maknai, tentang rasa nyaman di Kopi Pulang.
Sebagai standar awal, Amal punya strategi Toko Kopi yang dimaksud harus berada di pusat kota. Itu kenapa Kopi Pulang ada di jalan Sudirman. Dan Bisa di bilang, semua di kerjakan sendiri di awal pembukaannya, walaupun ada dua orang teman semasa sekolah yang turut andil membantunya di awal-awal.
Sampai akhirnya Ia mengajak tiga temannya dari Bogor untuk bisa bantu mengembangkan aspek bisnis Kopi Pulang. Karena menurutnya, “lumayan terkendala sama Sumber Daya Manusia di Palembang waktu itu, misalnya soal ngebangun komunikasi. Ada banyak penyesuaian sepulang dari menyelesaikan studi lanjutan di pulau sebrang, dimana etos dan ruang gerak kerjanya punya pembeda yang signifikan”.
Panjangnya perjalan Kopi Pulang jadi cerita tersendiri, khususnya juga tentang maraknya Toko Kopi (Coffee Shop) yang jadi gaya hidup seantero nusantara ini. Tapi yang kita tahu, tak banyak yang berubah dari apa yang sejauh ini telah dilalui Kopi Pulang. Komparasikan bagaimana gelombang tempat nongkrong dengan latar belakang perkopian di Palembang bergulir tiap tahunnya, dengan beragam difusi juga inovasi di terapkan demi kepentingan bisnis.
Jaringan internet gratis misalnya, atau juga kenikmatan live music sebagai daya tarik, bahkan sensasi nongkrong di rooftop toko yang juga jadi trend berkelanjutan. Namun, Kopi Pulang tetap sejati tanpa basa-basi. Sedari awal pun, Kopi Pulang tidak pernah menyediakan jaringan internet gratis bagi customernya yang berada di lokasi. Ketimbang, lebih mengedepankan percakapan yang riil jadi acuan tempat nongkrong.
Kami mendefinisikan tempat nongkrong, dimana banyak orang tidak saling berkontak secara khusus untuk mengajak datang ke suatu tempat tertentu. Melainkan, di keadaan bagaimanapun, ketika itu adalah tongkrongan mu, kita pasti akan datang dengan sendirinya tanpa harus di ajak terlebih dulu, duduk bersama berbagi cerita diantara aroma kopi khas nusantara. Bisa jadi, Kopi Pulang tempatnya.
Artikel Oleh: Junior Zamrud